Kamis, 29 Desember 2011

DAHSYATNYA SENAM WAJAH DENGAN TILAWAH

Hari ahad 28 Juni 2009 ba'da ashar ada sebuah acara d tv, namanya 'rachael ray'. Di sana di tampilkan ada senam terbaru yg di ganderungi d USA, yaitu senam wajah. Salah satuya ketika mengucap 'E' ,'VOO' ,'O' (in english please). Maka akan meregangkan otot wajah, leher, dst.

Padahal ketika belajar tahsin tilawah, kita di ajarkan makhorijul huruf, ghunnah, mad, dsb. Yang di sana mengharuskan kita untuk menggunakan tenggorokan kita, lidah kita, bibir kita, hidung kita, mulut kita di gerakkan, sehingga secara otomatis wajah, leher akan terjadi kontraksi.

Dan itulah senam wajah yang sesungguhnya, yang telah ada berabad-abad lalu, Al Quran yang mulia, suci, wahyu dari Allah, dengan bahasa arabnya. Ketika kita membacanya maka di nilai ibadah, mendapat pahala, ketentraman, dan sekaligus mendapat bonus senam wajah yang menyehatkan bagi wajah kita, Subhanallah, betapa kebenaran dan ketinggian nilai islam terkuak di sana.

AHFI309

Jumat, 23 Desember 2011

SEMUT DAN BULU AYAM

Ini tentang kisah hikmah dari aktivitas kawanan semut. Suatu ketika terlihat di seberang mata, sehelai bulu ayam berjalan perlahan dipinggiran jalan. Delik mata memperhatikan lebih jelas, oh ternyata beberapa ekor semut sedang berjamaah mengangkatnya.


Lama diikuti, sepertinya menarik menyaksikan apa yang terjadi saat itu. Walaupun berat bulu ayam berpuluh-puluh kali lipat dari si semut, tapi tak ada kata istirahat apalagi berhenti bagi kawanan semut ini.


Kemudian dihadapan mereka ada tumpukan batu bata yang mengahadang, apa yang terjadi??? mereka lantas tidak bergeming. Dengan tetap membawa helai bulu ayam, jamaah semut ini mengitari batu bata itu. Awalnya ke kiri, namun buntu. Akhirnya berputar arah ke kanan, hingga mereka dapat melanjutkan perjalanan membawa harta yang mereka usahakan untuk dibawa pulang.


Tak lama berselang, sampailah pejuang-pejuang semut ini di sebuah lubang yang lebih besar sedikit dari diameter jarum. Dalam bayangan apa bisa helai bulu ayam masuk kedalamnya??? tentu saja tidak. Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya hewan mungil ini meninggalkan bulu ayam 'harta' mereka diluar lubang dan mereka kembali masuk ke tempat asal mereka.


Masya Allah, atas kehendakMu Ya Rabb itulah gambaran tentang kehidupan manusia. Begitu indah pelajaran dariMu, manusia bekerja, berusaha, berjuang, berkeringat, untuk memperoleh harta. Namun jika sudah tiba saatnya sampai ke tempat asal semula yaitu lubang kuburan sebagai terminal akhir dari kehidupan dunia. Maka tak cukup rumah, mobil, apartemen, perusahaan, masuk kedalamnya. Hanya diri inilah dan amal kebaikanlah yang bisa ikut masuk kedalamnya.


Allahumma ighfirlana qobla wa ba'dal maut, wa hawwin alaina fi sakarotilmaut

(kisah ini dari bapak zaenal arifin, terima kasih pak ilmunya semoga Allah selalu memberkahi dan memudahkan serta menganugerahi rizki yang berlimpah untuk bapak sekeluarga)


AHFI309

Kamis, 22 Desember 2011

SEDEKAH ITU MENYENANGKAN

“Ciputat... Ciputat... Ayo... Langsung Berangkat...”

Sopir angkot memanggil-manggil calon penumpang yang baru saja menuruni bus pusaka yang berhenti untuk ngetem di pasar Parung. Termasuk aku bersama dengan penumpang lain harus turun di pasar Parung, karena bus yang seyogyanya bisa sampai Ciputat namun sopir memutuskan untuk putar balik.

“Ayo mas Ciputat... Ciputat...” (ajak sopir angkot 29, trayek Parung-Ciputat)

Bismillaahirrohmaanirrohiim, kunaiki angkot itu dengan tujuan kampus peradaban UIN Syarif Hidayatullah. Didalam aku menempati posisi duduk berkapasitas 4 orang, yang diisi oleh 3 orang dan dihadapanku sudah ada 5 orang yang menempati kursi panjang berkapasitas 6 orang.

Perjalanan berlangsung lancar alhamdulillah, lalu memasuki pertigaan pasar Ciputat setelah melewati putaran cimanggis (begitu orang-orang menyebutnya) masuklah seorang peminta sumbangan.

“Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh, kami dari Yayasan *********** memohon keikhlasan bapak ibu sekalian untuk membantu pembangunan pesantren kami... dst”

Seorang pemuda bercelana hitam dan berkemeja putih ditambah peci putih melekat dikepalanya dan dijinjingnya kotak kayu dengan tempelan selembar kertas A4 yang dilaminating bertuliskan alamat pesantren dan tulisan tentang profil serta kebutuhan dana pembangunan beserta cap dan tandatangan dari pengurus yayasan.

Gadis kecil : “Ma.. Mama aku minta uangnya buat kasih sedekah ya Ma..?”

Ibu : “Iya, ini uangnya... ayo masukin ke kotaknya ya..”

Gadis kecil : “sudah Ma..”

Ibu : “Alhamdulillah..”

Penumpang dihadapanku seorang Ibu dan putrinya yang berumur sekitar 5 atau 6 tahun mengalihkan perhatianku. Hmm begitu senangnya anak itu bisa ikut menyumbang. Setelah mendapatkan beberapa rupiah dari kami para penumpang, kemudian sang peminta sumbangan itu keluar dari angkot. Angkot pun kembali berjalan memasuki pasar Ciputat, dan seperti biasa mulai terlihat kemacetan hingga membuat angkot yang kutumpangi berhenti mengikuti kemacetan. Lalu...

“Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh, kami dari Yayasan *********** memohon keikhlasan bapak ibu sekalian untuk membantu pembangunan pesantren kami... dst”

Kembali masuk seorang pemuda peminta sumbangan, walaupun dengan orang yang berbeda namun pakaian, kotak kayu, dan profil yayasan yang sama terlihat dalam diri pemuda ini.

Gadis kecil : “Ma aku mau kasih sedekah lagi ya, minta uangnya ya ma..?”

Ibu : “Ini sayang uangnya, dilipat dulu uangnya trus masukin ya ke kotak”

Gadis kecil : “Iya ma, makasih ya ma..”

Ibu : “Iya sayang, sama-sama”

Kedua kalinya pandanganku tertuju pada seorang Ibu dan putrinya yang baik hati ini. Melihat gadis kecilnya begitu senang dan gembira untuk berbagi. Subhanallah...

Dan kali ini terlihat hanya sedikit yang memberikan sumbangan pada si pemuda itu, dan tanpa berlama-lama pemuda itu pun mengucap salam dan terima kasih kemudian keluar dari angkot.

Kemacetan pun sedikit terurai, sedikit demi sedikit angkot dapat melaju. 3 menit berselang ...

“Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh, kami dari Yayasan *********** memohon keikhlasan bapak ibu sekalian untuk membantu pembangunan pesantren kami... dst”

Untuk yang ketiga kalinya, masuk lagi pemuda peminta sumbangan dengan orang berbeda namun pakaian, kotak kayu, dan profil yayasan yang sama untuk meminta sumbangan pada penumpang.

Gadis kecil : “Ma ,, lagi ya ma sedekahnya, ada lagi ma..”

Ibu : “Oh iya ada lagi, ini uangnya ayo di kasih sama omnya”

Gadis kecil : “udah aku masukin ma uangnya..”

Ibu : “Iya emang pinter anak mama,”

Masya Allah, malunya aku melihat gadis kecil ini begitu mudahnya berbagi dan bersedekah. Jujur saja melihat ketiga kalinya ada peminta sumbangan yang masuk dengan asal yayasan yang sama, aku berpikir berulang-ulang kali dan bete untuk memberi sumbangan. Namun pelajaran keikhlasan aku dapat dari gadis kecil ini yang selalu ikhlas tanpa beban dan begitu senang dalam sedekah.

Terima kasih Ya Allah atas ibroh yang telah Engkau berikan. Wallahu a’lam bishshowab.

AHFI309

Catatan perjalanan menuju kampus

Rabu, 21 Desember 2011

ZAMAN BASI ("YANG MANA?")

“Assalamu’alaykum warohmatulloh...”

“Assalamu’alaykum warohmatulloh...”

Usai sudah sholat ashar berjama’ah kulanjutkan dengan dzikir dan do’a yang menjadi penyembuh rasa penat setelah seharian dikantor, walaupun harus berlanjut hingga malam hari namun sholat ini adalah saat yang mendamaikan. Alhamdulillah.

“Aamiin Ya Mujiibassaailiin” (selesai berdo’a sambil mengusap wajah)

Bergegas aku menuju pelataran Masjid Ummul Qurro dibilangan Jakarta Timur tempat sepatu kusimpan. Kemudian duduklah diundakan tangga agar nyaman dan mudah memakai sepatu.

“Cewe..., tumben sholat..! dalam rangka apa nih? Hehehehe...” (dua mahasiswa disampingku menyapa teman wanitanya yang lewat hendak mengambil air wudhu)

“hehehehe... boleh dong, memangnya ga boleh nih??” (jawab si wanita)

“iya becanda hehehehe..,ya udah sholat gih cepetan” (sahut mahasiswa disampingku)

“oke deh, bye.. gue sholat ya.. “ (pamit si wanita pada dua teman prianya)

Percakapan dua pria yang berstatus mahasiswa ini ternyata belum berakhir, walaupun si wanita tadi sudah pergi. Sambil mengenakan sepatu, mereka berdua berdiskusi tentang seperti apa sosok wanita yang menjadi pendampingnya nanti.

Mahasiswa A: “eh lu pengen punya istri kaya gimana nanti?, kaya yang tadi ya? Hehehe...”

Mahasiswa B: “kaga lah, cewe menor kaya gitu lebay banget, dari jauh cakep dari deket tebel banget make upnya, udah gitu bajunya ga karuan, gaulnya ga bener, ogah deh gue”.

Mahasiswa A: “oh gitu, kirain lu doyan sama cewe model gitu”.

Mahasiswa B: “gue sih yang biasa aja, ga banyak macem-macem lah”

Mahasiswa A: “berarti yang model kaya ibu-ibu ya, jilbaban, kalem, gitu ya?”

Mahasiswa B: “yee.. kaga juga kali, dah ga zaman yang jilbaban, dah basi..”

Astaghfirullahal’adziim, seorang muslimah dengan pakaian syari’at dikatakan sebagai wanita ketinggalan zaman?, seperti itukah pemikiran seorang muslim intelektual yang akan menjadi penerus bangsa?. Tentu kita sepakat tidak semua seperti itu, mereka hanya segolongan kecil yang termasuk AMUGABLAS “anak muda gaul bablas”.

Padahal jika kita renungi lebih dalam, sebetulnya siapa dan yang mana termasuk BASI itu?. Bukankah jelas bagi kita bahwa pakaian yang digunakan untuk menutup aurat itu perintah dari Yang Menciptakan Manusia dan seluruh isinya?. Baiklah itu adalah masalah keimanan, tentu pelaksanaan perintah ini berkaitan dengan kekuatan keimanan dan ketaatan seseorang.

Namun secara logika dan pengetahuan kita saja hal ini sangat bisa dicerna. Kalau kita dihadapkan pada sebuah kata PRIMITIF, maka visual kita langsung tertuju pada film “flinstone”, “tarzan”, atau kita terbayang suku-suku dipedalaman. Dan sesuatu yang primitif itu identik dengan kebodohan, ketertinggalan teknologi, jauh dari peradaban, KURANG BAHAN dan MINIMNYA PAKAIAN.

Dan ketika suatu kaum itu berkembang dan menemui ilmu pengetahuan, teknologi dan peradaban, maka BAHAN dan PAKAIAN adalah suatu kehormatan. Lihatlah kekaisaran disemenanjung daratan Cina, dalam film-film kolosalnya saja betapa pakaian yang tebal, berlapis, longgar, dan menutupi hampir seluruh badan merupakan ciri bangsawan dan keluarga kerajaan.

Pun dalam Islam menutup aurat adalah selain perintah, merupakan suatu penghormatan dan penghargaan kemuliaan bagi seorang muslim dan muslimah. Simbol kemajuan zaman berperadaban, beriman, berilmu pengetahuan dan kebaikan akhlak.

Jadi siapakah orang-orang yang terkategori ketinggalan zaman dan termasuk ZAMAN BASI???

Ahfi309

Senin, 6 Desember 2011

AL QUR'AN YANG BERJALAN

“Tafadhdhol akhi, ayo masuk dan silahkan duduk”

“Iya ustadz syukran” (jawabku)

Kulihat waktu di HP menunjukkan pk. 05.10 WIB pagi, aku kira terlambat hadir dikajian ternyata baru dua orang saja yang muncul, ustadz dan tentu saja aku yang baru tiba. Berselang menit ke- 20 dan menit ke- 30, menyusul dua orang rekan lagi sehingga bertambah menjadi empat orang sekarang.

Sebetulnya masih tiga orang lagi yang ditunggu, namun kami mendapat kabar satu orang berhalangan harus ke Jakarta. Baiklah it’s time for waiting 2 person again, dalam penantian menunggu, tiba-tiba...

“Ayo silahkan diminum akhi,,” (datang nampan dengan teko berisi teh manis dan beberapa cangkir).

Hehehe... (dikira yang datang apaan??), Alhamdulillah penghangat tenggorokan telah hadir. Saat kami menikmati teh manis yang sudah tersedia, Lalu.... (ayoo apaan lagi nih :) )

Sayup-sayup terdengar...dan semakin lama semakin dekat dan jelas suara itu...

“Alam taro kaifafa ‘ala robbuka bi ashhaabil fiil, Alam yaj’al kaydahum fii tadhliil, wa arsala ‘alayhim thoyron abaabiil, tarmiihimm bihijarotimminsijjiil, faja’alahum ka’ashfimma’kuul”

Ternyata yang kami dengar itu suara surat Al-Fiil, dan betapa tercengangnya kami, yang membacanya ialah seorang anak usia sekitar tujuh tahun yang melewati jalan setapak didepan teras rumah tempat kami duduk berkumpul. Sambil loncat-loncat dan riang gembira dia melafalkannya dengan hafalan dan bacaan yang baik.

Dan tanpa sadar kami yang melihat saat itu, reflek semuanya mengacungkan jempol dikedua tangan kami masing-masing pada anak laki-laki itu dan serempak mengucapkan,

“Allahu Akbar”

Sambil tersenyum-senyum kami saling melihat satu sama lain, karena entah kenapa kami bisa melakukan gerakan yang sama dan ucapan yang sama. Masya Allah.

Kurenungkan sejenak, Ya Allah mungkin inilah salah satu wujud Al-Quran yang berjalan. Dari seorang anak yang Engkau perlihatkan pada kami betapa ia dengan riangnya dan tanpa malu bahkan dengan lantangnya membacakan ayat-ayat suci-Mu dalam perjalanan sekalipun.

Sedangkan aku, yang tahu bahwa siroh nabawiyah dan shohabiyah telah mengisahkan bagaimana mereka semua adalah Al-Qur’an yang berjalan. Apapun yang dilakukan, dikerjakan, dimanapun, kapanpun dan bagaimanapun semua bersandar pada Al-Qur’an. Dzikirnya Al-Qur’an, bangunnya Al-Qur’an, tidurnya Al-Qur’an, aktivitasnya Al-Qur’an, istirahatnya Al-Qur’an, Subhanallah.

Mungkin kita lebih suka mendengarkan musik dan sambil ikut hanyut menyanyikannya ketika saat-saat luang kita. Kita lebih percaya diri dengan lantang menirukan penyanyi yang kita sukai. Kita lebih suka berlama-lama mengikuti alunan lagu penyanyi ternama. Kita ikut menangis tatkala mendengar lirik lagu yang begitu puitis dan ironis.

Tapi dengan Al-Qur’an??, semoga kita dapat menjadi bagian dari Al-Qur’an yang berjalan itu. aamiin

“Allahummarhamna bil Qur’an, waj’alhulana imaman wa nuuron wahudan warohmah , Allahumma dzakkirna minhuma nasiina wa’allimna minhuma jahilna, warzuqna tilawatahu ana allaili wa athrofannahar, waj’alhulana hujjatan ya robbal ‘alamin.”

Ahfi309

Ahad, 4 Desember 2011


KASIH SAYANG HIJAIYAH DALAM PERJALANAN

Bismillahirrohmanirrohim ...

Subhanalladzi sakhkhorolana hadza wamakunna lahu muqrinin, inna ila robbina lamunqolibun ...

Ku mulai perjalanan jihadku ditemani si biru gagah menuju medan banting tulang dan cucuran keringatku di wilayah jakarta timur. Kulewati kilometer demi kilometer dengan bias cahaya matahari pagi yang hangat.

“Hmm... semoga hari ini adalah hari yang lebih baik bagiku dan bagi mereka. (gumamku melihat para pengendara disekitarku).

Berselang sekitar 50 menit, masih dijalan raya bogor aku telah sampai di pertigaan lampu merah jalan raya bogor dan jalan baru arah margonda. Kemudian kudahului sebuah motor bebek didepanku lewat sebelah kanan. Ternyata pengendaranya seorang ibu dengan seorang anak usia TK didepan sang ibu. Mungkin tak ada istimewanya, itu hal yang biasa.

“Alif... alif..., ba...ba..., ta...ta..., tsa...tsa..., jim...jim, ha...ha..., kho...kho..., dal...dal..., dzal...dzal...”

Masya Allah, tertegun aku mendengar sang ibu dan anak ini saling sahut-sahutan melafalkan huruf hijaiyah diatas motor bebeknya. Sang ibu mengawali kemudian si anak mengikuti.

“ Ro...ro, zai...zai..., sin...sin..., syin...sin..., sekali lagi syin...syin..., nah bagus”

Semakin berlalunya aku dan si biru mendahului motor bebek itu, maka suara itu hilang dari pendengaranku. Namun aku masih terkesan dengan apa yang aku alami tadi. Subhanallah, orang tua yang begitu luar biasa bagiku mengajarkan buah hatinya untuk selalu belajar dimanapun berada dengan menyenangkan tanpa paksaan, mengajarkan menghargai waktu, mengajarkan berdzikir setiap saat, dan memberikan penghargaan atas kebaikan yang telah dilakukan. Allahu Akbar..

Terima kasih duhai Allah azza wajalla, Engkau selalu memberi perumpamaan-perumpamaan luar biasa untuk hambamu semoga hambamu ini selalu peka untuk merasakan bimbingan darimu. Aamiin

Ahfi309

Kamis 1 desember 2011

ZONA POSITIF

Oleh : AHFI309

Di suatu sudut komplek, berdiri bangunan berbentuk kubus tanpa atap setinggi satu meter. Bau yang menyengat tercium disekitarnya, semakin mendekat tempat favorit untuk membuang sisa-sisa limbah rumah tangga itu semakin membuat mual, lalat-lalat terlihat beterbangan. Ketika mata melihat kedalamnya, dibalik kerumunan lalat, ada bangkai seekor tikus dihiasi makhluk putih. Ia bergerak-gerak layaknya cacing, jumlahnya cukup banyak. Itulah belatung, makhluk yang satu ini sangat suka tinggal dan nongkrong ditempat-tempat yang bau, kotor, dan bangkai yang tentunya tak disukai orang pada umumnya.

Setiap orang yang ditanya apakah anda suka dengan belatung? Tentunya jawabannya tidak. Mereka akan menjawab belatung itu kan jijik, geli, jorok, kotor, sumber penyakit karena membawa bakteri, dll. Yang jelas predikat buruk tentang belatung semua diungkapkan. Tapi tahukah kita bahwa dibalik persepsi negatif kita ada hal luar biasa yang tak terungkap.

Dalam suatu acara mengenai ilmu pengetahuan, disebuah stasiun televisi. Disebutkan bahwa belatung merupakan makhluk penyembuh infeksi akibat luka. Subhanallah, ketika banyak orang memberikan pandangan negatif pada belatung, ternyata hal luar biasa ada pada belatung.

”...Kamu sekali-kali tidak melihat pada Ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (Q.S. Al-Mulk[67]:3)

Oleh karenanya dalam kisah Nabi Ayyub as, digambarkan bahwa ketika dilanda penyakit kulit yang menjijikan dalam kacamata orang kebanyakan. Nabi Ayyub as tetap menjadi hamba Allah yang taat, bahkan dalam kisahnya belatung-belatung menemani kulit yang terserang penyakit tersebut. Itu menandakan bahwa Nabi Ayyub as tahu betapa berharganya dan bermanfaatnya belatung bagi penyakitnya.

Begitu pula dalam kehidupan kita, setiap orang pernah mengeluh atau bahkan sering mengeluh. Dalam hal apapun setiap kita terkadang sebelum melakukan sesuatu, pikiran-pikiran negatif dan keluhan-keluhan muncul, hingga membuat kita merasa tidak mampu menghadapinya.
Justru dengan adanya pandangan negatif, itu akan membuat kita menjadi tak berdaya, tidak siap, dan tidak mampu menjalaninya. Padahal semua itu belum kita lalui dan dilakukan dengan kemampuan optimal kita.

Ada hal-hal yang perlu dilakukan untuk memulai segala sesuatu dengan positif.

1. Lakukan sesegera mungkin

Ali bin Abi Tholib r.a pernah mengutarakan bahwa waktu adalah hari ini, bukan kemarin, dan bukan esok. Semua dimulai dengan hari ini dan saat ini. Apa maksudnya? Maksudnya ialah lakukanlah pekerjaan dan aktivitas terbaik kita pada hari ini dan saat ini.

Karena hari kemarin tidak akan pernah bisa kembali, dan hari kemarin hanya menjadi kenangan yang seiring waktu hanya mampu diingat saja dan dijadikan pengalaman. Dengan demikian bila memiliki kesalahan di hari kemarin, maka hari inilah saat yang tepat untuk memperbaikinya.

Lalu bagaimana dengan hari esok?, hari esok adalah waktu dimana kita belum sampai kepadanya. Dan tidak ada satu orang pun yang mampu menjamin bahwa ia akan melewati hari esok. Karenanya buatlah impian-impian, cita-cita terbaik untuk hari esok, dan lakukan tahapan untuk mencapainya hari ini dan saat ini.

Sehingga tanamkan dalam hati kita, bahwa hari ini adalah hari terbaik kita. Hari ini adalah hari yang menentukan masa depan kita, hari ini adalah hari memperbaiki diri.

2. Hilangkan keragu-raguan

Awali sesuatu dengan keyakinan, yakin bahwa kita bisa, yakin bahwa kita mampu, yakin bahwa semua yang kita hadapi akan dapat dilewati dengan baik.

” Sesungguhnya disisi persangkaanKu (Allah), adalah persangkaan hambaKu”
Jadi jangan sampai setiap aktivitas kita diawali dengan ketidak yakinan. Karena Allah azza wa jalla akan memberikan sesuai dengan persangkaan hambaNya.

3. Kerjakan lebih dari apa yang diminta

Dalam suatu riwayat, Rasulullah Muhammad SAW menyampaikan kepada para sahabatnya. Khatamkanlah Al-Qur’an dalam waktu satu bulan, lalu apa jawaban dari para sahabat?, mereka mengatakan bahwa mereka sanggup melakukannya lebih dari itu (1 bulan), lalu Rasulullah kembali berkata kalau begitu khatamkan dalam waktu sepuluh hari, lalu para sahabat kembali menjawab kami sanggup lebih dari itu (10 hari). Kemudian Rasulullah kembali mengatakan kalau begitu khatamkan dalam tiga hari.

Dalam hal ini Rasulullah Muhammad SAW memberikan batas minimal dalam Mengkhatamkan Al-Qur’an, namun para sahabat justru meminta hal yang lebih dari standar yang telah diberikan.
Dengan begitu kita akan terbiasa dengan hal-hal yang berat dan menjadi orang yang luar biasa. Karena kita melakukan lebih dari yang biasa orang lain lakukan.

4. Bersyukur

Inilah hal mendasar yang perlu dimiliki semua orang. Dengan bersyukur maka orang akan merasa cukup, merasa bahagia, dan mampu menikmati segala yang ia alami dan miliki.

Alkisah pada suatu hari saat langit masih gelap tanpa cahaya matahari, di sebuah rumah sederhana di suatu desa. Seorang lelaki tua berpakaian rapi berwarna putih dengan sorban dan peci sedang melakukan shalat tahajjud.

Saat waktu mendekati subuh, sang ustadz hendak menuju masjid yang letaknya satu kilometer dari rumahnya. Dalam perjalanan ia menemukan kejanggalan, sang ustadz melihat banyak kalajengking yang berjalan menuju suatu tempat yang entah dimana. Yang jelas kalajengking-kalajengking itu menuju ke arah yang sama.

Di tempat yang lain, seorang pemuda berjalan sempoyongan karena mabuk. Tak lama karena pengaruh khomr (minuman keras) ia pun terjatuh dan pingsan. Dalam keadaan tak sadarnya, lalu datang ular yang besar. Semakin lama semakin mendekat dan menghampiri sang pemuda. Sedikit demi sedikit ular itu mulai membelit si pemuda.

Kembali pada sang ustadz, dengan rasa penasaran sang ustadz mengikuti kemana para kalajengking itu pergi. Perlahan-lahan sang ustadz mengikuti dan terlihatlah olehnya pemuda yang tergolek tak sadar di atas tanah dengan ular yang membelitnya. Namun yang mencengangkan ialah ketika sang ustadz menyaksikan kalajengking-kalajengking itu menyerang sang ular hingga ular itu melepaskan lilitan dan pergi dari si pemuda. Dan semua kalajengking pun pergi entah kemana.

Dengan perasaan kagum akan ke Maha Besaran Allah, sang ustadz menghampiri si pemuda dan membangunkannya. Kemudian sang ustadz berkata
”wahai pemuda apa yang telah kau lakukan? Apakah kau tak malu pada Allah?, mengapa kau berbuat maksiat?, melakukan hal yang Allah haramkan?tidakkah kau merasa bahwa apa yang kau lakukan tak ada gunanya?.
Si pemuda bertanya, ”memang apa yang terjadi denganku ustadz?”.
”Ketahuilah wahai pemuda, sesungguhnya Allah telah menolongmu dan melindungimu dari binatang buas yang akan melukaimu bahkan bisa membunuhmu, saat kau pingsan karena mabuk.” kata sang ustadz.

Mari kita merenung dari kisah diatas, pikirkan baik-baik kehidupan yang kita jalani sehari-hari. Pernahkah kita berbuat dosa? Pernahkah kita berbuat salah? Pernahkah kita mengeluh? Pernahkah kita berburuk sangka pada Allah? Pernahkah kita tidak bersyukur? Pernahkah kita meremehkan apa yang telah kita dapat dan kita miliki? Apa yang kita lakukan diwaktu luang kita? Apa yang kita lakukan diwaktu sehat kita? Apa yang kita lakukan diwaktu kita mampu? Apa yang kita lakukan diwaktu muda kita? Dan apa yang kita lakukan sebelum ajal menjemput kita?

Bersyukurlah!, karena Allah masih memberikan kesempatan kepada kita hidup didunia, bersyukurlah atas kesehatan yang diberikanNya, bersyukurlah atas nikmat dan karunia yang dianugerahkanNya. Karena Allah yang melindungi kita dari berbagai macam virus dan bakteri penyakit yang setiap saat menghampiri kita, karena Allah yang menolong kita saat kita menghadapi cobaan, karena Allah yang telah memberi kasih dan sayangNya pada kita hingga orang lain menyayangi kita.
Akhirul kalam, selamat datang di zona positif yang akan membawa kita pada kebahagiaan yang sebenarnya dengan hal terbaik yang bisa kita lakukan.

Wallahu a'lam bishshowab

Jumat, 16 Desember 2011

MARHALAH JATI DIRI

Oleh : AHFI309

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.“ (Q.S Al-Anfal[8]:2-4).

Ikhwani wa akhwati fillah, Allah azza wa jalla telah membuat kriteria yang jelas bagaimanakah pribadi mukmin. Seperti yang tersirat dari ayat diatas, seseorang yang telah memiliki keimanan yang mendalam ia takkan pernah ragu untuk mempersembakan jiwa raganya, hartanya, karena ada makna yang lebih berharga dari sekedar dunia dan seisinya.

Kita semua telah banyak mendengar dan mengetahui kisah para shahabat, mereka dalam perjalanan meniti karir sebagai pengemban risalah tak henti-hentinya berjibaku dengan ujian. Bagaimana tidak, sebut saja seorang Amr ibnul Jamuh misalnya, dengan kaki yang cacat ia tetap berangkat ke medan pertempuran setelah sekian kali Rasulullah tidak mengizinkannya. Namun dengan tekadnya yang bulat, akhirnya hati Rasulullah luluh dan mengizinkan Amr untuk ikut berjihad hingga pada akhirnya ia syahid di Uhud. Dan masih banyak kisah kepahlawanan dari para shahabat yang lain.

“Kader adalah rahasia kehidupan dan kebangkitan. Sejarah umat adalah sejarah para kader militan dan memiliki kekuatan jiwa dan kehendak. Sesungguhnya kuat lemahnya suatu umat diukur dari sejauh mana umat tersebut dalam menghasilkan kader-kader yang memiliki sifat kesatria...“ (Risalah Hal Nahnu Qaumun Amaliyun).

Sifat kesatria yang muncul pada tiap-tiap pribadi tentunya dapat hadir ketika manusia telah melewati marhalah jati diri.

1. Kepahaman Integritas Diri

Setiap makhluk ciptaan sudah selayaknya sadar bahwa ada Pencipta alam semesta, raja dari segala sesuatu, yang berhak di sembah oleh segala sesuatu.

Suatu ketika saat sedang makan dengan para sahabat, Rasulullah ditanya oleh salah seorang sahabat mengenai sikap duduk dan makannya, “Wahai Rasulullah mengapa engkau bersikap seperti itu?“. Jawab Rasulullah, “Sesungguhnya kita adalah hamba, maka bersikaplah layaknya seorang hamba“.

Apa yang telah diucapkan oleh Rasulullah merupakan pancaran kefahaman akan siapa dirinya, untuk apa kehidupannya, dan apa yang harus dilakukannya. Dengan kefahaman, maka akan kita temui hakikat sebuah integritas diri.

2. Bersandar pada petunjuk dan tuntunan

Setelah manusia memahami hakikat hidupnya, maka bersegeralah ta’at pada syari’at-Nya. Bagaikan burung-burung yang beribadah dengan terbangnya, ikan-ikan dengan berenangnya, pohon-pohon dengan tumbuh dan buahnya, malaikat-malaikat dengan tugas dan tahmidnya, maka kita yang tinggal diatas bumi-Nya telah diberikan syari’at untuk menyembah dan bersyukur pada-Nya.

Al-Qur’anulkarim dan as-Sunnah telah dihadirkan untuk membimbing manusia ke jalan keselamatan.
“Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah Kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?“ (Al-anbiya[21]:10)

Dengan bersandar pada apa-apa yang telah Allah gariskan pada kita, kesesuaian antara hakikat idealita dengan realita akan terwujud.

3. Amal nyata

“Jenazah seseorang akan diantar oleh tiga hal (ke kuburnya) yang dua pulang dan yang satunya lagi tinggal bersamanya. Ia diantar oleh keluarganya, hartanya, dan amal perbuatannya, maka pulanglah keluarganya dan hartanya, sedangkan amal perbuatannya menetap bersamanya.“ (HR. Bukhari).

Amal merupakan marhalah (tingkatan) berikutnya setelah kita paham siapa diri kita, untuk apa hidup kita, dan apa yang harus dilakukan dengan bersandar pada syari’at Allah. Seorang manusia yang menjadi manusia adalah bila potensi yang telah dikaruniakan dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

Bukanlah manusia bila kita melihat ada jasad tanpa adanya ruh yang menggerakkan organ tubuhnya. Bukan pula manusia bila hanya ada ruh saja tanpa jasad. Dan bukanlah manusia bila ia memiliki jasad dan ruh namun ia tidak pernah berfikir, bekerja, dan berusaha.

Sebagai wujud dari dua tahapan sebelumnya, maka hakikat amal adalah dakwah itu sendiri. Dakwah adalah pilar utama umat terbaik, dakwah adalah hakikat dari diutusnya para nabi dan rasul, dakwah merupakan jalan bagi terciptanya penghuni bumi yang tunduk dan patuh pada Robbul’alamin.
“Sungguh Allah Telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Al Imran [3]: 164)

4. Teguh Pendirian dan Istiqomah

Setelah kita tahu, sadar, paham, dan yakin bahwa apa yang dijalani, yaitu Islam sebagai solusi yang sempurna, rahasia kemuliaan, dan kunci kejayaan. Wahai generasi Robbani, pancangkanlah dalam hati dengan sekuat-kuatnya agar tidak mudah goyah oleh hantaman, cacian, ujian, dan serbuan pemikiran.

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (Al imran[3]:139)

Keteguhan akan memunculkan kekuatan, kekuatan akan menghadirkan keberanian, dan keberanian akan memancarkan tekad yang kuat dalam mengemban amanah.

Hidup tak hanya sekedar sekejap mata, begitu pula amanah yang harus ditunaikan. Diperlukan konsistensi dari tingkat keimanan atau keistiqomahan, dan salah satu ciri dari istiqomah ialah selalu memperbaiki diri dari waktu ke waktu tanpa henti, muhasabah, dan muqorobah (mendekatkan) diri pada Allah azza wa jalla.

Ayyuhal ikhwah rohimakumulloh, setiap amanah harus ditunaikan tak terkecuali diri kita sebagai hamba dan umat, diri dan orang lain, da’i dan mad’u, pemimpin dan yang dipimpin, karena Allah SWT berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (Q.S Al-Anfal[8]: 27)

Semoga ini dapat menjadi sarana pembaruan dan pengembalian komitmen kita. Sebagai evaluasi dari aktivitas yang telah dilakukan, yang baik tetap dipertahankan dan yang buruk diperbaiki, serta yang sia-sia ditinggalkan. Agar kehidupan kedepan dapat terwujud lebih produktif, professional, dan berkualitas.

Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba yang di rahmati dan di ridhoi. Amin. ALLAHU AKBAR….!

Wallahu a’lam bishshowab